Halaman

Rabu, 01 Mei 2013

MENGATASI MASALAH BELAJAR MURID DI SEKOLAH DASAR



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Maslah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat ber-kenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Berdasarkan pengertian masalah belajar yang dikemukakan diatas, maka jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami:
1.      Keterlambatan akademik, yaitu pada murid dengan inteligensi yang tinggi tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2.      Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemam-puan belajarnya yang amat tinggi.
3.      Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
4.      Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersema-ngat dalam belajar.
5.      Memiliki sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari bersifat semena-mena atau tidak selayaknya.
6.      Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak mengikuti pelajaran dengan alasan-alasan tertentu atau bahkan tanpa alasan sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.

1.2.  Pembatasan Masalah
Selain sebagai pengajar, guru Sekolah Dasar juga diharapkan mampu menjadi seorang pembimbing. Bimbingan dan pelayanan guru akan membantu siswa dalam mengembangkan kebiasaan belajar yang baik untuk dapat menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan. Mengingat banyaknya ruang lingkup diagnosis dalam mengatasi kesulitan belajar, maka penulisan makalah ini dibatasi pada topik upaya guru SD dalam mengatasi masalah belajar siswa yang juga memuat; pengidentifikasian murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar dan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar murid di Sekolah Dasar.

1.3.  Manfaat dan Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan menghasilkan suatu manfaat sebagai berikut:
1.      Bagi penulis akan memperoleh suatu pengetahuan tentang kesulitan belajar siswa dan bagaimana mengatasinya.
2.      Bagi dunia pendidikan, khususnya guru SD memperoleh masukan dalam memahami upaya mengatasi masalah belajar siswa.
Murid-murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapat bantuan dari guru agar mereka dapat melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah. Dan masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat (harus) diselesaikan dalam situasi belajar-mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru di luar situasi proses pembelajaran.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar guru mampu membantu murid dalam mengatasi masalah-masalah belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar, mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.

1.4.  Landasan Teori
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional[1] : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasilan dan UUD Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman”.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Mengidentifikasi Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar
            Murid yang mengalami masalah belajar, dapat diidentifikasi melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.
a.      Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan kapan dan sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya. Murid-murid dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Ketentuan penguasaan bahan ditentukan dengan  menetapkan patokan, yaitu presentase minimal yang harus dicapai oleh murid. Murid yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran, dan memerlukan bantuan khusus.
b.      Tes Kemampuan dasar
Setiap murid  mempunyai kemampuan dasar atau kecerdasaan tertentu. Tingkat kemampuan ini biasanya di ukur atau diungkapkan dengan mengguna-kan tes kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) antara 90-109. Hasil hasil yang dicapai murid hendaknya  dapat mencerminkankan tingkat kemampuan yang dimilikinya.
c.       Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu fakktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.
Sebagian dari sikap dan kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa “Skala sikap dan kebiasaan belajar”.

2.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar Murid di Sekolah Dasar
Setelah seorang guru mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya selanjutnya guru dapat melanjutkan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Masalah belajar cenderung sangat kompleks, karena masalah  belajar mengandung pengertian, bahwa:
Pertama, masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan. Suatu masalah belajar yang sama dialami oleh dua orang murid atau lebih, belum tentu disebabkan oleh faktor yang sama. Kedua, dari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan seringkali suatu kondisi yang sama dimiliki oleh beberapa orang murid, namun menimbulkan masalah-masalah yang berlainan pada masing-masing individu. Ketiga, sebab-sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Kadang-kadang masalah belajar yang dihadapi oleh seorang murid tidak timbul dari satu sebab saja, melainkan dapat timbul dari berbagai sebab yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokan kedalam dua kategori, yaitu :
a.         Faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
1)      Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indra, cacat tubuh, serta penyakit menahun (alergi, asma, dsb).
2)      Ketidak seimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan-nya cenderung kurang.
3)      Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa me-nyesuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan anatipati, serta ketidak matangan emosi.
4)      Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b.        Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
1)      Sekolah, antara lain:
§  Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
§  Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru).
§  Metode mengajar yang kurang memadai.
§  Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2)      Keluarga (rumah), antara lain:
§  Keluarga tidak utuh dan atau kurang harmonis.
§  Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya.
§  Keadaan ekonomi.

2.3. Upaya Membantu Murid Dalam mengatasi Masalah Belajar
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah belajar antara lain:
1)        Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi baik. Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran perbaikan bisa juga disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar.
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228)[2].
2)      Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam proses belajar, dengan tujuan untuk menambah dan/atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila murid merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuan dalam belajar. Sebaliknya, kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang  diperhatikan dan kurang dihargai.
3)      Peningkatan Motivasi Belajar
Guru dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu murid mening-katkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan:
a.       Memperluas tujuan-tujuan belajar. Murid akan terdorong untuk belajar apa-bila ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.
b.      Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat murid.
c.       Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
d.      Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan) bilamana perlu.
e.       Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid.
f.       Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu.
g.        Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
h.      Mempelajari hasilbelajar yang diperoleh.
4)      Peningkatan Keterampilan Belajar
Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
a.       Membuat catatan waktu guru mengajar.
b.      Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.
c.       Mengerjakan latihan-latihan soal.
5)      Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap murid diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua murid. Untuk itu murid hendaknya dibantu dalam hal:
a.       Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
b.      Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
c.       Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.
d.      Memilih tempat belajar yang baik.
e.       Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik.
f.       Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.
g.       Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.
Di samping dengan cara bantuan diatas, terdapat beberapa cara yang lain yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah:
1.      Membantu murid menyusun rencana yang baik. Rencana memuat pokok dan subpokok, tujuan pembelajaran, alat-alat pembelajaran dan cara-caranya.
2.      Membantu murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Murid perlu mengetahui apa, dan bagaimana yang harus dikerjakan terlebih sebelum mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
3.      Melatih murid membaca cepat. Dengan membaca cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4.      Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (survey, question, read, recite, write and review) yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter, 1975).
5.      Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teratur, bersih dan rapi.
6.      Membatu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya.
7.      Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat.
8.      Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, yang meliputi persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraan ujian.
Keberhasilan belajar siswa akan lebih memadai apabila wali kelas/guru menerapkan peran bimbingan waktu mengajar (Rohman, 1988: 43)[3]. Penerapan peran bimbingan waktu mengajar yang dilakukan oleh guru adalah upaya guru untuk memfasilitasi perkembangan kepribadian siswa, serta upaya bimbingan lain dalam bentuk membimbing siswa dalam mencapai tujuan itu sendiri, dan membimbing siswa dalam menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan itu.
Kegiatan bimbingan yang dilakukan guru dalam proses belajar-mengajar yang baik secara umum dapat dikelompokkan menjadi:
a.       Mengenal dan memahami siswa secara mendalam;
b.      Memperlakukan siswa berdasarkan perbedaan individual;
c.       Memperlakukan siswa secara manusiawi;
d.      Memberi kemudahan kepada siswa untuk mengembangkan diri secara optimal;
e.       Memelihara suasana kelas supaya tetap menyenangkan bagi siswa.

 
 

BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan dan Saran
            Peran guru dalam mengatasi masalah belajar sebagaimana diuraikan dalam pembahasan diatas cukup menunjang keberhasilan pendidikan secara umum, terlebih lagi bagi siswa yang secara langsung menjadi subjek didik. Tetapi untuk merealisasikan hal itu memerlukan syarat-syarat yang tidak ringan dan menyangkut komponen pokok dalam pendidikan di sekolah. Keberhasilan penanganan berbagai masalah belajar di sekolah harus pula ditunjang oleh beberapa hal sebagai berikut:
1.      Guru SD selain sebagai pengajar juga berperan sebagai pembimbing yang harus memiliki keyakinan, ketrampilan dan motivasi yang tinggi untuk dapat merealisasikan upaya penanganan masalah belajar siswa yang terjadi di kelasnya.
2.      Dukungan teman sejawat sangat diperlukan. Adanya kerjasama dan sikap saling memahami dan menghargai, akan mempermudah penyelesaian berbagai masalah yang ada dalam belajar siswa.
3.      Terciptanya suasana saling membutuhkan, terutama siswa yang merasa membutuhkan guru; adanya usaha guru agar fasilitas yang ada dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh siswa, dengan dorongan dan pengarahan pihak-pihak yang ada di sekolah.
4.      Kerjasama, saling membutuhkan dan saling menghargai, sikap terbuka dan komuniasi yang baik, semua itu sangat diperlukan untuk terealisasinya upaya guru SD dalam mengatasi masalah belajar siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Juntika Nurihsan, Achmad. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Kartadinata, Sunaryo, dkk. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Dirjen Pendidikan Tinggi dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Natawidjaja, Rochman. (1998). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin.
Syamsuddin Makmun, Abin. (1997). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003




DAFTAR CATATAN KAKI


1UU no.20 tahun 2003. (Bab 1, Pasal 1)
2Syamsuddin Makmun, Abin. (1997). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya. (Halaman 228).
3Natawidjaja, Rochman. (1998). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin. (Halaman 43).



[1] UU no.20 tahun 2003. Bab I pasal 1
[2] Syamsuddin Makmun, Abin. (1997). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.
[3] Natawidjaja, Rochman. (1998). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin.

1 komentar:

  1. Sands Casino – $200M welcome bonus - SEGPoker.com
    We have a great variety 샌즈 카지노 도메인 of slots games available for you. The most exciting casino bonus you'll find at Sands Casino is that it has no

    BalasHapus